Pengalaman Membuat Paspor Online


Doc. Pribadi


Saya ingin tahu dunia luar lebih banyak daripada tempat tinggal atau negeri saya sendiri. Everyone have to learn different culture to understand each other. So, I glad to learn new thing about cultures. 




 Ket. Foto: Tahun 2014, selepas menamatkan cerita 
 perjalanan yang ditulis apik oleh mbak Hanum dalam
 bukunya 99 Cahaya di Langit Eropa, saya jadi 
berkeinginan menjelajah keliling Eropa. 
(Dok. Pribadi)

Tentu saja ragu dapat keliling Eropa dengan penguasaan bahasa asing yang minim #alasan klasik yang sering dikatakan orang. Saya sering pesimis membandingkan diri dengan para akademis hebat yang namanya mengudara hingga ke negeri orang. Bisa karena beasiswa, mengikuti kompetisi/lomba, liburan, dan lainnya.

Tapi, seiring berjalannya waktu, berkat senior-senior saya di organisasi yang selalu memberi inspirasi secara tersirat lewat foto-foto yang diupload ke akun sosial media mereka dan ke-kepo-an saya (bertanya) finally, “I want to go to abroad!” When? “Next Year!”

Akhirnya, saya mantap bertekad mewujudkan mimpi ke luar negeri—nggak harus ke Eropa ya ke negeri tetangga aja dulu, hehe. “Nggak tau mau ngapain di sana, yang penting ke luar negeri.”  haha

“Sebuah perencanaan memang tidak selalu terwujud, namun tidak ada keberhasilan tanpa perencanaan yang baik.” Makanya saya berusaha menyusun rencana-rencana agar mimpi itu tercapai. Salah satu caranya adalah membuat paspor. :D Btw, saya mau berbagi cerita tentang pengalaman buat paspor.

Pertama, Daftar Online
Paspor adalah langkah awal mewujudkan mimpi ke luar negeri. Saya ingin berbagi cerita yang begitu sulit tuk dilupakan saat proses pembuatan paspor. :”) #eak

Saya membuat paspor secara online meskipun pada dasarnya sama saja dengan membuat paspor langsung di tempat. Sama-sama bakal ke kantornya untuk memberikan formulir pendaftaran online dan wawancara. Bedanya membuat paspor via online dengan tidak, yaitu pada jumlah kedatangan ke kantor imigrasi.

Via Online kita cukup datang dua kali, hari pertama menyerahkan formulir pendaftaran (berkas-berkas persyaratan) kemudian wawancara dan hari kedua dapat mengambil paspor yang sudah jadi. #Ket: Hari kedua = hari yang ditetapkan oleh petugas kapan pengambilan paspor alias bukan dihitung berurutan dari hari pertama.

Sedangkan membuat paspor di kantor imigrasi biasanya tiga kali datang. Hari pertama mendaftar, kemudian membayar uang pendaftaran; hari kedua datang untuk wawancara; dan hari ketiga mengambil paspor yang sudah jadi.

Tempat tinggal saya sangat jauh dengan kantor imigrasi. Sehingga saya memutuskan untuk mendaftar permohonan pembuatan paspor melalui online. Tujuannya, agar saya tidak bolak-balik Selong-Mataram selama tiga hari dan menghabiskan waktu hampir dua jam.
Apalagi kalau berangkat dari rumah pukul 08.00 WITA sampai di sana pukul 10.00 WITA. Sedangkan aturan kantor imigrasi menghimbau seluruh pendaftar agar datang lebih pagi karena istirahat pukul 10.00 WITA. Jadi, ya.. you know lah.

Untuk mendaftar via online, kunjungi laman www.imigrasi.go.id kemudian pilih Layanan Paspor Online pada bagian Online Services. Berhubung ini pertama kali saya membuat paspor, jadi saya memilih icon yang bertuliskan “Pra Permohonan Personal”.

Setelah di klik, akan muncul 5 Tahapan: Entry data diri, Verifikasi Permohonan, Proses Pembayaran, Konfirmasi tanggal kedatangan, dan Datang ke Kanim. Isi kolom dengan hati-hati jangan tergesa-gesa dan pastikan data yang diisi sesuai dengan KTP. 

Pada opsi Jenis Permohonan pilih paspor biasa. Oya, paspor ada dua jenis yaitu, paspor 48 halaman dan paspor 24 halaman. Kalau ingin membuat paspor perorangan pilih paspor 48 halaman, sedangkan paspor 24 halaman biasanya diperuntukkan untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Tanggal, 1 Agustus 2016 lalu, saya melakukan pendaftaran paspor online. Selesai submit data online pukul 14.00 WITA, saya segera pergi ke Bank BNI untuk bayar biaya pendaftaran sebesar Rp355.000. Kenapa harus lewat Bank? Karena pembayaran harus disetor tunai melalui Bank BNI bukan ATM. Meskipun online bayarnya tetap lewat Bank (NGANTRI).

Untungnya antrian di Bank tidak ramai karena jam sudah menunjukkan pukul 14.40 dan saya kebagian antrian terakhir sebelum Bank ditutup.  Syukurlah.


Kedua, Menyiapkan Berkas
PERSIAPAN BERKAS~Persiapan itu penting agar memudahkan kita dalam melakukan sesuatu.

KTP, Akte Kelahiran, dan Kartu Keluarga adalah berkas-berkas yang wajib dibawa ketika membuat paspor.

Pukul 07.50 WITA, saya dan ayah cuss ke Kantor Imigrasi Mataram. Punggung dan bokong pegel abis. Saya nggak sabar pengen cepet-cepet nyampe karena ini badan rasanya remuk –apalagi- ayah, mungkin dua kali-lipat pegelnya :’)

Sampai di Mataram, kami kebingungan nyari tempat fotocopy buat fotocopy berkas karena tadi pagi belum ada toko yang buka. Tuh, jangan kayak saya-usahakan berkas disiapkan dari hari kemarin.

Gupuh sepanjang jalan nggak nemu toko fotocopy. Kira-kira 15 menit kesana-kemari akhirnya ketemu toko fotocopy. Jam dinding di toko itu menunjukkan 09.20  WITA. Hah! Makin gupuh. -_-‘

Sekian menit berlalu~   
Sampai di kantor imigrasi saya langsung mengumpulkan berkas. Kalau teman-teman nggak tau tempat ngumpulinnya dimana, bertanyalah pada petugas.

Suasana di kantor imigrasi rame banget, sehingga saya dan ayah nunggu 1 jam. Setelah menunggu akhirnya masuk ke tahap berikutnya yaitu wawancara dan foto eh, nggak bisa.
WHY? Karena, saya pakai KTP bukan e-KTP dan saya Cuma punya KTP biasa. 

Sad ending. Saya memohon sama petugasnya supaya dibolehkan pakai KTP biasa. Saya juga kasih tau kalau sejak SMA sudah buat e-KTP tapi sampai saya kuliah (2 tahun lebih) belum jadi-jadi. Nggak sampai mewek-mewek tapi saya yakin waktu itu muka saya berubah kusut dan melas. Soalnya teringat perjalanan dari Selong-Mataram jauh banget masa harus pulang dengan tangan kosong. 

Petugas ganteng #eh petugasnya bilang: “Ini sudah regulasi dari gubernur mbak. Nggak bisa. Iya, saya tau saya tau e-KTP mbak belum jadi-jadi tapi ya mau gimana lagi nggak bisa.” Ayah menyusul ke tempat saya sambil minta arahan ke petugas imigrasi solusinya gimana. Kata petugas, datang lagi ke kantor imigrasi membawa barcode e-KTP yang belum jadi.

Kami pun pulang dengan tangan kosong (Lemas, sedih, keinget lagi pas tadi berangkat hampir tertidur di motor, apalagi nggak enak sama ayah karena harus ngantar jauh-jauh). Ayah bilang, “Anis apa nggak tau kalau pakai e-KTP?” hem itu pertanyaan terngiang-ngiang terus. Rasanya bersalah karena nggak nyari tau dan rasanya benar karena di internet nggak bilang pakai e-KTP. L #Udahlah.


Ketiga, Buat E-KTP
Ini nih yang prosesnya lama. Flashback: Daftar online hari senin, terus pilih jadwal hari rabu. Hari rabu ke kantor imigrasi, ternyata harus pakai E-KTP. Balik lagi, dan hari Kamis pergi ke kantor camat untuk buat E-KTP baru. Habis itu petugasnya bilang kalau E-KTP baru bisa jadi 3 bulan lagi #Oh my God. 

Untungnya ada solusi dari petugas, kami disuruh datang ke kantor camat sipil hari Sabtu untuk mengambil data biometrik E-KTP. Data biometrik E-KTP itu berupa selembar kertas yang berisi keterangan E-KTP sementara. Di bagian bawah terdapat foto pendaftar E-KTP beserta barcode. Nah, asal ada barcode itu kita bisa gunakan buat paspor.


Keempat, I get my paspor!
Setelah dapat lembaran ‘E-KTP sementara’ yang ada barcodenya tadi, saya minta diantarkan kakak sepupu buat ke kantor imigrasi lagi hari Senin melakukan tahap foto dan wawancara. Next, petugasnya bilang paspor dapat diambil sekitar 3 atau 4 hari kemudian. Dihari keempat yang kutunggu-tunggu akhirnya~ saya dan ayah ke Kantor Imigrasi (Kanim Kelas 1 Mataram) and.... I get my paspor!

NB: Cerita ini sebenarnya panjaaang karena banyak hambatan dalam proses pembuatan E-KTP. #Sistem di Indonesia yang lamban dan terkadang menyulitkan WN semoga tergantikan dengan sistem cepat dan mudah.


Intinya.. di bawah ini beberapa hal yang perlu kamu persiapkan:
1. E-KTP & Fotocopyannya
2. Kartu Keluarga (KK) & Fotocopyannya
3. Ijazah/akta kelahiran/surat nikah (pilih salah satu aja) dan fotocopyannya
4. Bagi pendaftar online, jangan lupa bawa formulir permohonan paspornya ya dalam bentuk hardfile/diprint.
Previous
Next Post »
2 Komentar