KATA adalah virus

Edisi pengalaman pribadi penulis


Kata adalah virus yang dapat membangkitkan dan melumpuhkan seseorang.
Kata, meski tak berwujud namun efeknya luar biasa.

Saya akan menceritakan kisah nyata tentang VIRUS. Ya, tentu saja bahasan dari pengertian virus, cara kerja virus, dan efeknya. Tapi, saya akan bercerita satu jenis virus saja.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, virus adalah mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Virus juga berarti penyebab dan penular penyakit.



Saya mempunyai seorang adik laki-laki bernama Agha. Saat ini dia duduk dibangku kelas 5 SD. Dari dulu dia suka nyanyi, main, dan gambar. Ya samalah seperti layaknya anak-anak lainnya. Tapi dia yang dulu bukanlah yang sekarang (lagunya Tegar :v).

Beda di zaman saya dulu lagu anak-anak itu beragam. Sekarang lagu anak-anak sudah mendekati kepunahan (beuh, kayak binatang langka). Sedih sekali, ketika mengetahui lagu zaman sekarang kebanyakan soal cinta, putus, dan mantan. Benar? Pasti benar.

Saya tahu kalau benar karena Agha suka nyanyi cinta-cintaan dan galau-galauan. Miris!  Padahal waktu itu dia masih berusia sekitar 7 atau 8 tahun.

Lagu-lagu yang tidak sesuai umurnya itulah virus yang menjadikan tingkah dan pola pikirnya berubah sesuai dengan apa yang ia maknai. Virus itu terus menjangkiti Agha hingga usianya 10 tahun. Saya merasa bersalah karena hanya bisa mengomel dan menasehatinya agar suka dengan lagu anak-anak dibanding lagu dewasa.

Inilah yang baru saya sadari sekarang, mengandalkan anti virus tidak akan bertahan lama. Banyak pembuat virus baru yang sengaja berniat merusak sebuah perangkat. Saya putuskan untuk membuat sebuah virus baru yaitu virus positif.

Awalnya Agha selalu menyanyikan lagu dewasa. Sekalipun saya beradu lagu anak-anak dengannya, ia pun mendengus sambil berkata, “Itukan lagu anak kecil!” Saya terdiam mendengarnya, mau tertawa.. tapi ya sudahlah. Mungkin dia sudah merasa bukan anak kecil lagi.

Kebetulan di rumah ada CD jadul punya ibu. Kebanyakan adalah lagu Nike Ardilla, seorang penyanyi terkenal di zamannya yang meninggal dunia karena kecelakaan mobil (dengar-dengar sih gitu). Dengan percaya dirinya Agha mendendangkan lagu Nike Ardila sambil berjoget riya. Ibu dan saya terkekeh-kekeh melihat tingkah adik ‘kecilku’ ini (meskipun sebenarnya bertubuh besar alias ‘agak’ gendut :D).

Setiap kali dia menyetel lagu itu atau menyanyi lagu dewasa, saya pun balas menyanyikan lagu anak-anak seperti trio wek wek, Thasya, Sherina, dan Marshanda. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya saya harus kembali keperantauan (KULIAH). Meninggalkan Agha tanpa pengawasan jauh mengkhawatirkan dibanding meninggalkan kampung halaman.

Saya bisiki ibu, “Bu, coba awasi Agha. Dia suka sekali nonton acara sinetron yang berantem. Anis takut nanti dia jadi pemarah dan suka mukul. Apalagi banyak kata-kata kasar dari sinetron dan acara tv” Ibu mengangguk dan tersenyum sambil mengiyakan permintaan saya.

Empat bulan berlalu. Liburan Ujian Akhir Semester (UAS) 2016 lumayan panjang membuat saya ingin balik ke kampung halaman menengok keluarga terutama si kecil (Agha). Mungkin yang ada dipikiran teman-teman adik saya masih kecil. Tidak. Saya mengatakan kecil dikarenakan usianya yang paling muda di antara kami dan kecil telah menjadi panggilan sayang untuknya. Meskipun dia kadang ngambek dipanggil kecil X-D

Perjalanan yang melelahkan hingga sampai di rumah ibu menyuruh untuk langsung beristirahat di kamar. Sampai di kamar ada sebuah tulisan yang luar biasa membuat saya terharu. Ini adalah mading di kamar saya. Ada lembar baru yang menancap di tubuh mading.

Aku ingin mendapatkan nilai 100° persen untuk masa depan yang aku inginkan yaitu ingin menjadi pilot yang baik hati. Semoga yang aku impikan itu sungguh-sungguh terjadi amin. Kita mudah pintar tapi kalau kita tidak mau belajar kita tidak akan menjadi apa yang kita inginkan itu. Maka kita semua ini akan menjadi anak bangsa yang luar biasa maka hujutkanlah cita-cita kalian yang sebenarnya dan untuk kehidupan bangsa.
Salam manis
Aga

Tulisan itu membuatku tersenyum geli dan terselip tawa ketika melihat tulisan ‘100° persen dan hujutkanlah’. Ya, saya tahu yang dia maksud adalah 100% dan wujudkanlah. Tulisannya tetap sarat akan makna. Walau sebenarnya tulisan itu begitu berat untuk dibaca karena bahasanya tinggi amat. Hehe.

Saya jadi ingat pesan guru di sebuah komunitas yang saya ikuti. Katanya, menulislah dari hati. Tulisan yang benar-benar dibuat dengan melibatkan emosional akan membuat pembacanya pun merasa ikut dalam cerita. Ya benar, tulisan Agha adalah tulisan dari hati.  

Ada yang lebih suprise lagi! Suatu sore Agha memutar kaset trio wek wek yang judulnya Bis Sekolah.

Bis sekolah yang tlah lama kutunggu..
Dengan teman-temanku..
. . .
Kita belajar supaya pintar..
Kejar terus cita-citamu!
. . .

Ditambah lagi dia menyanyikan lagu sherina yang judulnya I have a dream. Senangnya.. Agha menyanyikan lagu itu yang saya rasa di setiap baitnya terdapat makna baik. Hehe.  

Berdasarkan pengalaman saya, pola pikir dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kata-kata yang ia serap. Ketika dia banyak menyerap kata-kata baik maka kata-kata itu tersimpan di otaknya dan bisa jadi dipraktikkan melalui tindakannya.

Lindungilah keluarga dan sahabatmu dari perkataan yang tidak bermakna atau menyudutkan. Berhati-hatilah pula dengan lisan yang sulit terjaga ketika marah. Saat hendak mengucapkan kata-kata yang tidak baik seperti menyudutkan, meremehkan, mengolok-olok, dan sebagainya pikirkanlah akibatnya ketika kata-kata itu terlontar.

***

Mungkin apa yang dikatakan orang dengan ‘mengajak seseorang ke dalam kebaikan tidak selamanya dengan aksi secara fisik tetapi dengan perilaku kita sendiri.’ Bagaimana cara kita bersikap bisa jadi membuat orang meniru, tertular, atau ingin menjadi seperti kita.

Selama masih SMA, Agha jarang masuk ke kamar saya. Mungkin setelah kuliah di luar daerah, Agha kerap melihat tulisan motivasi di mading kamar. Ya, mungkin. Mulai sekarang, saya harus berhati-hati dalam berucap, mengurangi menulis suatu yang tidak bermanfaat maupun bersikap yang kurang terpuji. Semoga virus positif lebih mendominasi di tubuh saya dan teman-teman.

Cara kerja virus seperti yang saya ceritakan di atas bisa dimulai dari hal kecil. Menasehati, marah, dan sejenisnya, sah-sah saja asal tetap memperhitungkan dampak atau istilah kedokterannya efek samping bagi lawan bicara kita.

Cara kerja virus positif berbeda-beda. Ada yang cepat ada juga yang lamban. Cerita nyata saya dan Agha adalah salah satu contoh cara kerja virus yang lamban. Ibaratkan saja seseorang seperti sebuah komputer.

Meskipun beragam antivirus sudah kita install/ pasang, virus masih ada dan masuk lewat plasdisk, internet, atau usb lainnya. Jika tidak segera ada tameng yang melindungi komputer maka bisa berdampak kerusakan, kehilangan file/ dokumen, dan parahnya bisa mengakibatkan komputer mati total alias nggak bisa hidup lagi.

Jadi, selain antivirus buatlah juga virus positif. ~he.

Saya menyesal menyadari kesalahan saya adalah ketidakmampuan bersikap sesuai dengan apa yang sudah saya katakan. Sehingga adik meniru lagi sikap saya yang buruk. Saya harus berubah lebih baik secepatnya agar virus lain di dalam tubuhnya tidak menjalar ke bagian  lain dan menguasai dirinya.


Terima kasih sudah membaca.

#Salam #GenerasiPositif ~Senyum.

Kisah Inspiratif: Kita Adalah Apa yang Kita Pikirkan

Kisah Inspiratif: Kita Adalah Apa yang Kita Pikirkan
Dua prajurit Amerika Serikat menjadi tawanan perang di Jepang selama Perang Dunia Kedua. Keduanya selamat dan melanjutkan hidup mereka di tanah air mereka sendiri. Lima puluh tahun kemudian, keduanya bertemu kembali dalam sebuah reuni pada tahun 1995. Di masa ini, Jepang dan Amerika Serikat sudah menjadi sekutu dekat. Segalanya sudah berubah.
Salah satu dari mantan tawanan itu bertanya kepada teman satu perjuangannya itu, “Sudahkah kau memaafkan mereka yang memenjarakanmu?”
“Belum,” sahut mantan tawanan kedua dengan berapi-api.
“Tak akan pernah aku memaafkan mereka.”
“Kalau begitu,” kata mantan tawanan pertama dengan lembut, “tampaknya kau masih terbelenggu dalam penjara mereka.”
Ajaran Buddha dalam Dhammapada yang agung dimulai dengan kalimat-kalimat yang akan selalu melekat dalam ingatan :
Kita adalah apa yang kita pikirkan.
Segala yang kita bangkitkan berasal dari
pikiran kita.
Dengan pikiran, kita membentuk dunia ini.
Berbicaralah atau bertindaklah dengan
pikiran tercela,
maka kesulitan akan mengikutimu.
Laksana roda yang mengikuti ke mana pun
lembu menarik pedati.
Kita adalah apa yang kita pikirkan.
Segala yang kita bangkitkan berasal dari
pikiran kita.
Dengan pikiran, kita membentuk dunia ini.
Berbicaralah atau bertindaklah dengan
pikiran mulia,
Maka kebahagiaan akan mengikutimu.
Laksana bayang-bayang dirimu,
tak terceraikan.


I am muslim. I just wanna say: Setiap agama memiliki ajaran budi pekerti luhur. J
Buku bacaan: Menulis Di Atas Pasir

Kisah Inspiratif: Bagaimana Bersikap

Kisah Inspiratif: Bagaimana Bersikap
Dr. S Radhakrishnan, seorang filsuf besar dan mantan Presiden India, melakukan kunjungan perdana ke Amerika Serikat di masa pemerintahan John F. Kennedy. Cuaca saat itu gelap dan badai tengah melanda Washington. Saat Dr. Radhakrishnan turun dari pesawat, hujan lebat mengguyur dari langit.
Presiden Amerika yang masih muda tersebut menyambut sejawatnya dari India dengan jabat tangan erat dan senyum hangat. “Mohon maaf, cuaca yang sangat buruk bertepatan dengan kunjungan Bapak,” sapa Presiden Kennedy dengan sopan.
Sang filsuf dan negarawan India tersebut tersenyum. “Kita tidak bisa mengubah hal-hal buruk yang harus terjadi, Bapak Presiden,” balasnya. “Tapi kita bisa mengubah cara kita menyikapinya.”

***
Ada kisah lain tentang seorang pria yang saya temui di Pune. Pria itu sedang duduk di tepi jalan, dan ia mengalami cacat mulai dari pinggang ke bawah. Kakinya tidak utuh, hanya sepenggal saja.
“Apa yang terjadi dengan Anda?” Saya bertanya.
“Tidak ada!” jawabnya. “Saya terlahir seperti ini.”
“Maafkan saya karena telah bertanya kawan, siapa yang merawat Anda?” saya
kembali bertanya.
“Ibu saya dan terutama, Tuhan.”
“Apakah Anda mengalami kesulitan atau ketidaknyamanan untuk bergerak?”
“Apakah Anda mengalami kesulitan atau ketidaknyamanan karena Anda tidak memiliki sayap?” ia balik bertanya. “Bukankah akan jauh lebih baik jika Anda sendiri bisa terbang daripada harus menunggu jam keberangkatan pesawat?”
“Hidup adalah perkara kebiasaan,” imbuhnya. “Jika Anda mulai berkeluh kesah, akan ada begitu banyak hal untuk dikeluhkan. Bagaimana cara Anda menyikapi hidup itulah yang terpenting.”



You get it? 
Kutipan pada cerita kedua "Bagaimana cara Anda menyikapi hidup itulah yang terpenting" kata-kata itu seakan tersemat dalam pikiran saya. Semoga cerita di atas tidak hanya menjadi motivasi tapi juga menjadi pengetahuan baru agar kita senantiasa berpikir positif dan mengubah cara pandang kita terhadap sesuatu. Harapannya kisah-kisah inspiratif seperti ini dapat memotivasi dan menjadikan diri kita pribadi-pribadi dewasa. J 
#Salam #GenerasiPositif
Buku bacaan: Menulis Di Atas Pasir