Kisah Inspiratif: Menulis di Atas Pasir



Dua orang pedagang berpergian menempuh jalur berbahaya yang berkelok-kelok melintasi pegunungan sepi dan berangin kencang di persia. Mereka berdua senang bisa saling menjaga, karena keduanya telah berkarib sejak lama. Masing –masing  pedagang didampingi oleh serombongan nelayan dan kereta api, yang penuh membawa barang dagangan. 

Saat mereka menyeberangi jalan sempit dan berbahaya di gunung, salah satu pedagang, seorang pria bernama Najib, kehilangan pijakan dan terperosok ke dalam sungai yang berbual-bual berarus iar. Pedagang lainnya, yang dikenal sebagai Mussa, tanpa ragu melompat menyusul Najib dan menyelamatkan jiwanya dari bahaya tenggelam.

Kedua sahabat itu saling peluk, air mata mereka menetes Najib memanggil salah satu pelayannya yang paling terampil dan memerintahkannya untuk mengukir kata-kata berikut di atas sebuah batu besar berwarna hitam yang tegak berdiri di situ:

        “Pengelana! Ketahuilah, di sini, di tempat yang liar dan sepi ini, Mussa dengan gagah berani telah menyelamatkan nyawa sahabatnya, Najib.”
           
Lantas kedua sahabat itu melanjutkan perjalanan mereka.
        Tahun demi tahun berlalu, secara kebetulan mereka melakukan perjalanan melalui jalur yang sama. Saat keduanya tiba di lokasi di mana salah satu dari mereka menyelamatkan nyawa yang lain, mereka turun untuk melihat-lihat dan mengenang kembali peristiwa yang tak akan pernah mereka lupakan itu.

Mereka duduk sejenak, membicarakan ini dan itu. Entah berawal dari mana, keduanya berdebat mengenai beberapa hal sepele. Pertengkaran di antara keduanya pun memanas. Dikuasai oleh nafsu amarah, Mussa memukul wajah Najib, dan Najib tersungkur-persis di tempat mereka berpelukan sambil menangis beberapa tahun sebelumnya.

            Najib berdiri dan menatap sahabatnya sejenak. Diambilya sebatang ranting yang tergeletak di dekatnya dan dituliskannya kata-kata berikut di atas pasir putih, di dekat batu hitam besar:

            “Pengelana! Ketahuilah, di sini di tepat yang liar dan sepi ini, Mussa. Setelah mempertengkarkan hal sepele, mematahkan hati sahabatnya, Najib!”

            Salah satu pelayan Najib bertanya kepadanya, “Tuanku, tuan menorehkan catatan kepahlawanan sahabat tuan di atas batu tapi mengapa tuan menuliskan kasarnya perbuatan dia di atas pasir?”

Najib menjawab, “Kenangan akan kebaikan sahabatku dan pertolongannya yang gagah berani akan selalu kuhargai dan kusimpan dalam hatiku selamanya. Tapi cedera yang ia akibatkan padaku, kuharap akan memudar dari ingatanku, bahkan sebelum kata-kata ini memudar dari permukaan pasir!”


Pesan yang dapat kita petik dari kisah 'Menulis di Atas Pasir' adalah..
Maafkan teman-teman Anda, bahkan sebelum mereka meminta maaf dan ketika Anda sudah memaafkan pastikan Anda melupakan!
Semoga bermanfaat.
Buku bacaan: Menulis Di Atas Pasir
Previous
Next Post »
1 Komentar
avatar

kisahnya baguss...aku ikut terinspirasi.

Balas