Menulis ini berangkat dari pengalaman pribadi saya. Hubungan persahabatan saya menjadi tak baik setelah adanya kesalahpahaman yang tidak kunjung selesai karena sahabat saya memutus silaturahim begitu saja dengan memblokir Akun WhatsApp saya. Tanpa tahu bagaimana kronologi dan mendengar penjelasan dari saya terlebih dahulu.
Anggaplah namanya Mira. Saya kenal dengannya sudah lama dari organisasi yang kami ikuti. Saya merasa dekat dengannya dan sudah menganggapnya sebagai sahabat, tetapi saya tidak tau apakah dia merasakan hal yang sama.
Mira yang kutahu dia anak yang baik. Dia cukup pintar memberikan masukan dan kritikan pada orang lain. Saya berpikir akan lebih enak pastinya bisa bertukar pikiran dengannya. Dia juga perempuan berjilbab besar yang taat beribadah.
Beberapa waktu lalu, saya teringat sesuatu yang sering dilakukannya tetapi tidak saya sukai. Tanpa berlama-lama, seperti biasa saya mengirim pesan pada Mira. Awalnya saya menggunakan kata 'Aku dan Kamu' kemudian saya merasa tidak nyaman menggunakannya sebab di daerah saya kata 'Aku' terkesan angkuh, dan kata 'Kamu' terkesan merendahkan. Kata 'Saya' juga tidak saya gunakan karena terlalu formal dan terkesan serius. Akhirnya, saya menggunakan kata 'Gue dan Lo' yang bagi saya lebih ringan, tidak formal, tidak serius, dan lebih santai seperti bercanda.
Saya kirimlah pesan dengan gaya bahasa Gue dan Lo sambil mengutarakan maksud saya tentang salah satu perilakunya yang tidak saya sukai. Tujuannya sebenarnya biar sama-sama saling mengerti. Tidak ada rasa ingin menjatuhkan atau mengecilkan hatinya. Ya gitu, tujuannya hanya ingin ngasih tau.
Setelah membaca ulang dan merasa tidak ada yang salah dalam tulisan yang bergaya becanda dengan bubuhan 'wkwkwk' yang banyak, saya pun mengirim pesan itu pada Mira. Setelah dua pesan dengan gaya bahasa berbeda, saya kirim lagi dengan gaya lain menggunakan kata 'Eike' biar lebih lucu. Intinya, dipesan tersebut saya bilang agar dia jangan marah karena ini saya hanya sekedar memberitahukan pada dia.
Beberapa lama kemudian, dia membalas dengan gaya bahasa yang sangat formal. 'Iya, saya minta maaf dan tidak akan mengulangi lagi. Terima kasih' tulisnya dalam WhatsApp. Awalnya saya kira dia bercanda dengan menjawab seserius itu. Jadilah saya kirim emoticon love dan kiss -_-' dan bilang padanya bahwa untuk menyampaikan hal itu saya juga butuh waktu lama sampai dekat dengannya dan baru berani bilang.
Mira membalas dengan Voice Note. Saya menunggu Voice Note terkirim dan mendengarkan. Saya benar-benar kaget ketika mendengar suaranya yang setengah berteriak-teriak. Mira memang suka mengomel sehingga saya sering memanggilnya 'Emak'. Tetapi hey, sepertinya itu bukan lagi suara Emak yang mengomel, tetapi suara Mira yang geram.
Saya mendapat pesan baru lagi 'NGGAKK SUKAAA' Capslock semua. Waduh, Mira benar-benar marah. Saya langsung positive thinking sepertinya keyboardnya rusak sehingga tulisannya Capslock. Tak lama, pesannya yang baru masuk lagi bertuliskan 'jgn dibls' waduh makin serem pikir saya.
Berarti keyboardnya tidak rusak, dia sengaja melakukan itu sebagai bentuk kemarahannya. Kemudian, saya kirimkan Voice Note yang isinya menduga Mira membaca pesan saya dengan gaya ala sinetron di TV. Biasanya sinetron di TV terlalu berlebihan kalau marah-marah dengan kata 'Gue dan Lo'.
Hem.. disitulah rupanya kesalahpahaman terjadi. Padahal saya sering sekali bercerita pada Mira kalau seseorang yang sudah saya anggap dekat, maka secara otomatis kadang bahasa 'Gue dan Lo' sering saya ucapkan pada orang tersebut. Bahkan sering juga saya bercerita kalau bahasa 'Gue dan Lo' yang saya pakai bernada santai dan lucu.
Belum sampai selesai berbicara di Voice Note, Mira langsung memblokir WhatsApp saya. Saya mengetahuinya dari profilnya yang mendadak hilang tanpa foto dan ketika saya kirim hanya centang satu. Masyaallah, sampai hati ia memblokir saya. Kemudian saya bingung bagaimana mau menyelesaikan masalah yang bagi saya ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik bukan dengan memblokir Mira sayang!
Kemudian saya mencoba menghubunginya lewat SMS untung masih ada pulsa. Beberapa pesan saya kirim untuk mengklarifikasi tapi tak kunjung dibalasnya. Kemudian, begitulah Allah dengan segala ketetapan-Nya dijadikan esok sore sebagai hari berkumpulnya 'Liqo' sejenis kelompok kecil yang ada seorang ustadzah di dalamnya untuk membimbing anggota kelompok 'Liqo'.
Ustadzah mengingatkan kami bahwa esok sore kumpul Liqo. Wah, mungkin Allah sudah merencanakan ini. Saya dan Mira memang satu kelompok Liqo. Akhirnya, saya langsung SMS Mira menawarkannya pergi bersama ke rumah ustadzah. Mira tidak punya kendaraan, sehingga dia pasti mau ikut bersama saya. Pikir saya sih gitu. Eh tetep nggak dibales sama Mira.
Satu hari kemudian . . .
Mira membuat snapgram. Waaa kepoo.
Saya langsung membuka snapgramnya, ternyata ia mencurahkan lewat snapgram. Sebenarnya, saya dan Mira sama-sama tidak suka menulis masalah di media sosial karena justru malah membuat banyak orang tau dengan masalah kita.
Ketika membaca snapgramnya agak kesel tapi gaboleh :( yaudah agak kecewa aja kalau gitu. Mau balas dengan snapgram juga tapi kan entar Mira nggak suka, jadi mending ndak usah.
Saya merasa tidak fokus dalam bekerja karena masalah ini belum selesai. Kembalilah saya ke masjid, saya datang ke rumah Allah. Saya tunaikan perintah-Nya dan curhat sambil menangis sejadi-jadinya. Allah pasti rindu suara tangis saya. Rindu saya datang ke rumah-Nya. Makanya Allah kasih masalah pada saya. Dari sini saya banyak belajar, bahwa sekalipun itu orang yang kita anggap baik dan bijak bisa Allah buat berbeda 180 derajat. Semua itu tidak lain untuk mengingatkan kita bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Mira pun bisa marah hingga memblokir sudah pertanda bahwa Mira manusia biasa yang sama dengan banyak orang. Bukan tempat bergantung, tapi hanya Allah tempat bergantung.
Entah darimana tiba-tiba saya mendapatkan jawaban itu. Saya merasa lebih baik setelah curhat ke Allah. Saya menjadi lebih berpikiran positif pada Mira. Mira mungkin butuh waktu. Mira juga sedang banyak tugas atau Mira sedang ada masalah sehingga membuat sampai hati memblokir memutus tali silaturahim secara 'online' hehe. Yaa semoga secara dunia nyata tidak. Aamiin3x.
Dari pengalaman tersebut, saya pun mempunyai materi untuk dibagikan ke teman-teman. Silakan dibaca di bawah ini, semoga bermanfaat. :)
Miscommunication dengan Pasangan atau Lawan Bicara
Salah paham (Miscommunication) biasanya terjadi apabila komunikator dan komunikan memiliki satu tujuan yang sama tetapi dalam komunikasi keduanya memiliki perbedaan bahasa, budaya, lingkungan, daerah, dan disebabkan pemakaian media komunikasi yang tidak tepat.
Contoh:
Dalam menjalin sebuah hubungan, Anda harus memahami bagaimana bahasa, budaya, lingkungan yang membentuknya, dan daerah asalnya. Sesuatu yang menurut Anda adalah baik belum tentu diterima baik oleh pasangan Anda. Sebaliknya juga demikian, sesuatu yang menurut Anda buruk belum tentu dinilai buruk oleh pasangan Anda. Hal itu terjadi mengingat perbedaan bahasa yang digunakan, budaya, lingkungan yang membentuknya, dan daerah tempat Anda dan pasangan yang berbeda.
Kesalahpahaman juga terjadi karena ketidakmampuan menerima informasi secara jelas yang disebabkan kesalahan penggunaan media. Salah satu media yang sering menyebabkan miscommunication antara komunikator dengan komunikan adalah handphone. Sebuah pesan sebaiknya disampaikan melalui tatap muka langsung agar miscommunication yang terjadi tidak terlalu besar. Tetapi, ingatlah bahwa meskipun berbicara secara langsung bukan berarti menghilangkan Miscom. Miscom tetap ada tetapi resikonya masih lebih kecil.
Kesalahpahaman tersebut yang nantinya berujung konflik. Penyelesaian konflik antara dua orang yang memiliki hubungan dekat adalah salah satu di antara yang berkonflik harus mengalah. Bukan siapa yang salah kemudian mengalah untuk menjalin komunikasi kembali dengan lawan. Tetapi siapa yang mampu memahami karakter lawan dengan baik dan lebih menginginkan hubungan segera membaik.
Setiap manusia memiliki sensitivitas yang berbeda. Anda harus lebih bijak memahami ini. Berilah perhatian yang lebih pada pasangan Anda, meskipun saat itu masih dalam situasi berkonflik. Pasangan mungkin tidak langsung memberi respon positif terhadap perhatian Anda. Berikan waktu untuk pasangan atau lawan bicara Anda berpikir. Setiap individu memiliki perbedaan kebutuhan waktu untuk berpikir. Buang pikiran negatif Anda, pikiran negatif hanya akan membuat Anda pesimis melihat usaha Anda memperbaiki hubungan.
Pikiran negatif hanya akan memperkeruh suasana konflik. Yakinlah pasangan atau lawan bicara Anda saat ini mampu menerima kesalahanpahaman yang terjadi.
Permasalahan yang terjadi jadikan pelajaran agar tidak terjerumus kembali. Berlapang dada dengan saling memaafkan dan mengerti serta tidak perlu mengungkit-ungkit permasalahan kembali.
Anggaplah namanya Mira. Saya kenal dengannya sudah lama dari organisasi yang kami ikuti. Saya merasa dekat dengannya dan sudah menganggapnya sebagai sahabat, tetapi saya tidak tau apakah dia merasakan hal yang sama.
Mira yang kutahu dia anak yang baik. Dia cukup pintar memberikan masukan dan kritikan pada orang lain. Saya berpikir akan lebih enak pastinya bisa bertukar pikiran dengannya. Dia juga perempuan berjilbab besar yang taat beribadah.
Beberapa waktu lalu, saya teringat sesuatu yang sering dilakukannya tetapi tidak saya sukai. Tanpa berlama-lama, seperti biasa saya mengirim pesan pada Mira. Awalnya saya menggunakan kata 'Aku dan Kamu' kemudian saya merasa tidak nyaman menggunakannya sebab di daerah saya kata 'Aku' terkesan angkuh, dan kata 'Kamu' terkesan merendahkan. Kata 'Saya' juga tidak saya gunakan karena terlalu formal dan terkesan serius. Akhirnya, saya menggunakan kata 'Gue dan Lo' yang bagi saya lebih ringan, tidak formal, tidak serius, dan lebih santai seperti bercanda.
Saya kirimlah pesan dengan gaya bahasa Gue dan Lo sambil mengutarakan maksud saya tentang salah satu perilakunya yang tidak saya sukai. Tujuannya sebenarnya biar sama-sama saling mengerti. Tidak ada rasa ingin menjatuhkan atau mengecilkan hatinya. Ya gitu, tujuannya hanya ingin ngasih tau.
Setelah membaca ulang dan merasa tidak ada yang salah dalam tulisan yang bergaya becanda dengan bubuhan 'wkwkwk' yang banyak, saya pun mengirim pesan itu pada Mira. Setelah dua pesan dengan gaya bahasa berbeda, saya kirim lagi dengan gaya lain menggunakan kata 'Eike' biar lebih lucu. Intinya, dipesan tersebut saya bilang agar dia jangan marah karena ini saya hanya sekedar memberitahukan pada dia.
Beberapa lama kemudian, dia membalas dengan gaya bahasa yang sangat formal. 'Iya, saya minta maaf dan tidak akan mengulangi lagi. Terima kasih' tulisnya dalam WhatsApp. Awalnya saya kira dia bercanda dengan menjawab seserius itu. Jadilah saya kirim emoticon love dan kiss -_-' dan bilang padanya bahwa untuk menyampaikan hal itu saya juga butuh waktu lama sampai dekat dengannya dan baru berani bilang.
Mira membalas dengan Voice Note. Saya menunggu Voice Note terkirim dan mendengarkan. Saya benar-benar kaget ketika mendengar suaranya yang setengah berteriak-teriak. Mira memang suka mengomel sehingga saya sering memanggilnya 'Emak'. Tetapi hey, sepertinya itu bukan lagi suara Emak yang mengomel, tetapi suara Mira yang geram.
Saya mendapat pesan baru lagi 'NGGAKK SUKAAA' Capslock semua. Waduh, Mira benar-benar marah. Saya langsung positive thinking sepertinya keyboardnya rusak sehingga tulisannya Capslock. Tak lama, pesannya yang baru masuk lagi bertuliskan 'jgn dibls' waduh makin serem pikir saya.
Berarti keyboardnya tidak rusak, dia sengaja melakukan itu sebagai bentuk kemarahannya. Kemudian, saya kirimkan Voice Note yang isinya menduga Mira membaca pesan saya dengan gaya ala sinetron di TV. Biasanya sinetron di TV terlalu berlebihan kalau marah-marah dengan kata 'Gue dan Lo'.
Hem.. disitulah rupanya kesalahpahaman terjadi. Padahal saya sering sekali bercerita pada Mira kalau seseorang yang sudah saya anggap dekat, maka secara otomatis kadang bahasa 'Gue dan Lo' sering saya ucapkan pada orang tersebut. Bahkan sering juga saya bercerita kalau bahasa 'Gue dan Lo' yang saya pakai bernada santai dan lucu.
Belum sampai selesai berbicara di Voice Note, Mira langsung memblokir WhatsApp saya. Saya mengetahuinya dari profilnya yang mendadak hilang tanpa foto dan ketika saya kirim hanya centang satu. Masyaallah, sampai hati ia memblokir saya. Kemudian saya bingung bagaimana mau menyelesaikan masalah yang bagi saya ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik bukan dengan memblokir Mira sayang!
Kemudian saya mencoba menghubunginya lewat SMS untung masih ada pulsa. Beberapa pesan saya kirim untuk mengklarifikasi tapi tak kunjung dibalasnya. Kemudian, begitulah Allah dengan segala ketetapan-Nya dijadikan esok sore sebagai hari berkumpulnya 'Liqo' sejenis kelompok kecil yang ada seorang ustadzah di dalamnya untuk membimbing anggota kelompok 'Liqo'.
Ustadzah mengingatkan kami bahwa esok sore kumpul Liqo. Wah, mungkin Allah sudah merencanakan ini. Saya dan Mira memang satu kelompok Liqo. Akhirnya, saya langsung SMS Mira menawarkannya pergi bersama ke rumah ustadzah. Mira tidak punya kendaraan, sehingga dia pasti mau ikut bersama saya. Pikir saya sih gitu. Eh tetep nggak dibales sama Mira.
Satu hari kemudian . . .
Mira membuat snapgram. Waaa kepoo.
Saya langsung membuka snapgramnya, ternyata ia mencurahkan lewat snapgram. Sebenarnya, saya dan Mira sama-sama tidak suka menulis masalah di media sosial karena justru malah membuat banyak orang tau dengan masalah kita.
Ketika membaca snapgramnya agak kesel tapi gaboleh :( yaudah agak kecewa aja kalau gitu. Mau balas dengan snapgram juga tapi kan entar Mira nggak suka, jadi mending ndak usah.
Saya merasa tidak fokus dalam bekerja karena masalah ini belum selesai. Kembalilah saya ke masjid, saya datang ke rumah Allah. Saya tunaikan perintah-Nya dan curhat sambil menangis sejadi-jadinya. Allah pasti rindu suara tangis saya. Rindu saya datang ke rumah-Nya. Makanya Allah kasih masalah pada saya. Dari sini saya banyak belajar, bahwa sekalipun itu orang yang kita anggap baik dan bijak bisa Allah buat berbeda 180 derajat. Semua itu tidak lain untuk mengingatkan kita bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Mira pun bisa marah hingga memblokir sudah pertanda bahwa Mira manusia biasa yang sama dengan banyak orang. Bukan tempat bergantung, tapi hanya Allah tempat bergantung.
Entah darimana tiba-tiba saya mendapatkan jawaban itu. Saya merasa lebih baik setelah curhat ke Allah. Saya menjadi lebih berpikiran positif pada Mira. Mira mungkin butuh waktu. Mira juga sedang banyak tugas atau Mira sedang ada masalah sehingga membuat sampai hati memblokir memutus tali silaturahim secara 'online' hehe. Yaa semoga secara dunia nyata tidak. Aamiin3x.
Dari pengalaman tersebut, saya pun mempunyai materi untuk dibagikan ke teman-teman. Silakan dibaca di bawah ini, semoga bermanfaat. :)
Miscommunication dengan Pasangan atau Lawan Bicara
Salah paham (Miscommunication) biasanya terjadi apabila komunikator dan komunikan memiliki satu tujuan yang sama tetapi dalam komunikasi keduanya memiliki perbedaan bahasa, budaya, lingkungan, daerah, dan disebabkan pemakaian media komunikasi yang tidak tepat.
Contoh:
Dalam menjalin sebuah hubungan, Anda harus memahami bagaimana bahasa, budaya, lingkungan yang membentuknya, dan daerah asalnya. Sesuatu yang menurut Anda adalah baik belum tentu diterima baik oleh pasangan Anda. Sebaliknya juga demikian, sesuatu yang menurut Anda buruk belum tentu dinilai buruk oleh pasangan Anda. Hal itu terjadi mengingat perbedaan bahasa yang digunakan, budaya, lingkungan yang membentuknya, dan daerah tempat Anda dan pasangan yang berbeda.
Kesalahpahaman juga terjadi karena ketidakmampuan menerima informasi secara jelas yang disebabkan kesalahan penggunaan media. Salah satu media yang sering menyebabkan miscommunication antara komunikator dengan komunikan adalah handphone. Sebuah pesan sebaiknya disampaikan melalui tatap muka langsung agar miscommunication yang terjadi tidak terlalu besar. Tetapi, ingatlah bahwa meskipun berbicara secara langsung bukan berarti menghilangkan Miscom. Miscom tetap ada tetapi resikonya masih lebih kecil.
Kesalahpahaman tersebut yang nantinya berujung konflik. Penyelesaian konflik antara dua orang yang memiliki hubungan dekat adalah salah satu di antara yang berkonflik harus mengalah. Bukan siapa yang salah kemudian mengalah untuk menjalin komunikasi kembali dengan lawan. Tetapi siapa yang mampu memahami karakter lawan dengan baik dan lebih menginginkan hubungan segera membaik.
Setiap manusia memiliki sensitivitas yang berbeda. Anda harus lebih bijak memahami ini. Berilah perhatian yang lebih pada pasangan Anda, meskipun saat itu masih dalam situasi berkonflik. Pasangan mungkin tidak langsung memberi respon positif terhadap perhatian Anda. Berikan waktu untuk pasangan atau lawan bicara Anda berpikir. Setiap individu memiliki perbedaan kebutuhan waktu untuk berpikir. Buang pikiran negatif Anda, pikiran negatif hanya akan membuat Anda pesimis melihat usaha Anda memperbaiki hubungan.
Pikiran negatif hanya akan memperkeruh suasana konflik. Yakinlah pasangan atau lawan bicara Anda saat ini mampu menerima kesalahanpahaman yang terjadi.
Permasalahan yang terjadi jadikan pelajaran agar tidak terjerumus kembali. Berlapang dada dengan saling memaafkan dan mengerti serta tidak perlu mengungkit-ungkit permasalahan kembali.