Salah Paham

Salah Paham
Menulis ini berangkat dari pengalaman pribadi saya. Hubungan persahabatan saya menjadi tak baik setelah adanya kesalahpahaman yang tidak kunjung selesai karena sahabat saya memutus  silaturahim begitu saja dengan memblokir Akun WhatsApp saya. Tanpa tahu bagaimana kronologi dan mendengar penjelasan dari saya terlebih dahulu.

Anggaplah namanya Mira. Saya kenal dengannya sudah lama dari organisasi yang kami ikuti. Saya merasa dekat dengannya dan sudah menganggapnya sebagai sahabat, tetapi saya tidak tau apakah dia merasakan hal yang sama.

Mira yang kutahu dia anak yang baik. Dia cukup pintar memberikan masukan dan kritikan pada orang lain. Saya berpikir akan lebih enak pastinya bisa bertukar pikiran dengannya. Dia juga perempuan berjilbab besar yang taat beribadah.

Beberapa waktu lalu, saya teringat sesuatu yang sering dilakukannya tetapi tidak saya sukai. Tanpa berlama-lama, seperti biasa saya mengirim pesan pada Mira. Awalnya saya menggunakan kata 'Aku dan Kamu' kemudian saya merasa tidak nyaman menggunakannya sebab di daerah saya kata 'Aku' terkesan angkuh, dan kata 'Kamu' terkesan merendahkan. Kata 'Saya' juga tidak saya gunakan karena terlalu formal dan terkesan serius. Akhirnya, saya menggunakan kata 'Gue dan Lo' yang bagi saya lebih ringan, tidak formal, tidak serius, dan lebih santai seperti bercanda.

Saya kirimlah pesan dengan gaya bahasa Gue dan Lo sambil mengutarakan maksud saya tentang salah satu perilakunya yang tidak saya sukai. Tujuannya sebenarnya biar sama-sama saling mengerti. Tidak ada rasa ingin menjatuhkan atau mengecilkan hatinya. Ya gitu, tujuannya hanya ingin ngasih tau.

Setelah membaca ulang dan merasa tidak ada yang salah dalam tulisan yang bergaya becanda dengan bubuhan 'wkwkwk' yang banyak, saya pun mengirim pesan itu pada Mira. Setelah dua pesan dengan gaya bahasa berbeda, saya kirim lagi dengan gaya lain menggunakan kata 'Eike' biar lebih lucu. Intinya, dipesan tersebut saya bilang agar dia jangan marah karena ini saya hanya sekedar memberitahukan pada dia.

Beberapa lama kemudian, dia membalas dengan gaya bahasa yang sangat formal. 'Iya, saya minta maaf dan tidak akan mengulangi lagi. Terima kasih' tulisnya dalam WhatsApp. Awalnya saya kira dia bercanda dengan menjawab seserius itu. Jadilah saya kirim emoticon love dan kiss -_-' dan bilang padanya bahwa untuk menyampaikan hal itu saya juga butuh waktu lama sampai dekat dengannya dan baru berani bilang.

Mira membalas dengan Voice Note. Saya menunggu Voice Note terkirim dan mendengarkan. Saya benar-benar kaget ketika mendengar suaranya yang setengah berteriak-teriak. Mira memang suka mengomel sehingga saya sering memanggilnya 'Emak'. Tetapi hey, sepertinya itu bukan lagi suara Emak yang mengomel, tetapi suara Mira yang geram.

Saya mendapat pesan baru lagi 'NGGAKK SUKAAA' Capslock semua. Waduh, Mira benar-benar marah. Saya langsung positive thinking sepertinya keyboardnya rusak sehingga tulisannya Capslock. Tak lama, pesannya yang baru masuk lagi bertuliskan 'jgn dibls' waduh makin serem pikir saya.
Berarti keyboardnya tidak rusak, dia sengaja melakukan itu sebagai bentuk kemarahannya. Kemudian, saya kirimkan Voice Note yang isinya menduga Mira membaca pesan saya dengan gaya ala sinetron di TV. Biasanya sinetron di TV terlalu berlebihan kalau marah-marah dengan kata 'Gue dan Lo'.

Hem.. disitulah rupanya kesalahpahaman terjadi. Padahal saya sering sekali bercerita pada Mira kalau seseorang yang sudah saya anggap dekat, maka secara otomatis kadang bahasa 'Gue dan Lo' sering saya ucapkan pada orang tersebut. Bahkan sering juga saya bercerita kalau bahasa 'Gue dan Lo' yang saya pakai bernada santai dan lucu.

Belum sampai selesai berbicara di Voice Note, Mira langsung memblokir WhatsApp saya. Saya mengetahuinya dari profilnya yang mendadak hilang tanpa foto dan ketika saya kirim hanya centang satu. Masyaallah, sampai hati ia memblokir saya. Kemudian saya bingung bagaimana mau menyelesaikan masalah yang bagi saya ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik bukan dengan memblokir Mira sayang!

Kemudian saya mencoba menghubunginya lewat SMS untung masih ada pulsa. Beberapa pesan saya kirim untuk mengklarifikasi tapi tak kunjung dibalasnya. Kemudian, begitulah Allah dengan segala ketetapan-Nya dijadikan esok sore sebagai hari berkumpulnya 'Liqo' sejenis kelompok kecil yang ada seorang ustadzah di dalamnya untuk membimbing anggota kelompok 'Liqo'.

Ustadzah mengingatkan kami bahwa esok sore kumpul Liqo. Wah, mungkin Allah sudah merencanakan ini. Saya dan Mira memang satu kelompok Liqo. Akhirnya, saya langsung SMS Mira menawarkannya pergi bersama ke rumah ustadzah. Mira tidak punya kendaraan, sehingga dia pasti mau ikut bersama saya. Pikir saya sih gitu. Eh tetep nggak dibales sama Mira.

Satu hari kemudian . . .
Mira membuat snapgram. Waaa kepoo.
Saya langsung membuka snapgramnya, ternyata ia mencurahkan lewat snapgram. Sebenarnya, saya dan Mira sama-sama tidak suka menulis masalah di media sosial karena justru malah membuat banyak orang tau dengan masalah kita.

Ketika membaca snapgramnya agak kesel tapi gaboleh :( yaudah agak kecewa aja kalau gitu. Mau balas dengan snapgram juga tapi kan entar Mira nggak suka, jadi mending ndak usah.

Saya merasa tidak fokus dalam bekerja karena masalah ini belum selesai. Kembalilah saya ke masjid, saya datang ke rumah Allah. Saya tunaikan perintah-Nya dan curhat sambil menangis sejadi-jadinya. Allah pasti rindu suara tangis saya. Rindu saya datang ke rumah-Nya. Makanya Allah kasih masalah pada saya. Dari sini saya banyak belajar, bahwa sekalipun itu orang yang kita anggap baik dan bijak bisa Allah buat berbeda 180 derajat. Semua itu tidak lain untuk mengingatkan kita bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Mira pun bisa marah hingga memblokir sudah pertanda bahwa Mira manusia biasa yang sama dengan banyak orang. Bukan tempat bergantung, tapi hanya Allah tempat bergantung.

Entah darimana tiba-tiba saya mendapatkan jawaban itu. Saya merasa lebih baik setelah curhat ke Allah. Saya menjadi lebih berpikiran positif pada Mira. Mira mungkin butuh waktu. Mira juga sedang banyak tugas atau Mira sedang ada masalah sehingga membuat sampai hati memblokir memutus tali silaturahim secara 'online' hehe. Yaa semoga secara dunia nyata tidak. Aamiin3x.

Dari pengalaman tersebut, saya pun mempunyai materi untuk dibagikan ke teman-teman. Silakan dibaca di bawah ini, semoga bermanfaat. :)


Miscommunication dengan Pasangan atau Lawan Bicara

Salah paham (Miscommunication) biasanya terjadi apabila komunikator dan komunikan memiliki satu tujuan yang sama tetapi dalam komunikasi keduanya memiliki perbedaan bahasa, budaya, lingkungan, daerah, dan disebabkan pemakaian media komunikasi yang tidak tepat.

Contoh:
Dalam menjalin sebuah hubungan, Anda harus memahami bagaimana bahasa, budaya, lingkungan yang membentuknya, dan daerah asalnya. Sesuatu yang menurut Anda adalah baik belum tentu diterima baik oleh pasangan Anda. Sebaliknya juga demikian, sesuatu yang menurut Anda buruk belum tentu dinilai buruk oleh pasangan Anda. Hal itu terjadi mengingat perbedaan bahasa yang digunakan, budaya, lingkungan yang membentuknya, dan daerah tempat Anda dan pasangan yang berbeda.

Kesalahpahaman juga terjadi karena ketidakmampuan menerima informasi secara jelas yang disebabkan kesalahan penggunaan media. Salah satu media yang sering menyebabkan miscommunication antara komunikator dengan komunikan adalah handphone. Sebuah pesan sebaiknya disampaikan melalui tatap muka langsung agar miscommunication yang terjadi tidak terlalu besar. Tetapi, ingatlah bahwa meskipun berbicara secara langsung bukan berarti menghilangkan Miscom. Miscom tetap ada tetapi resikonya masih lebih kecil.

Kesalahpahaman tersebut yang nantinya berujung konflik. Penyelesaian konflik antara dua orang yang memiliki hubungan dekat adalah salah satu di antara yang berkonflik harus mengalah. Bukan siapa yang salah kemudian mengalah untuk menjalin komunikasi kembali dengan lawan. Tetapi siapa yang mampu memahami karakter lawan dengan baik dan lebih menginginkan hubungan segera membaik.

Setiap manusia memiliki sensitivitas yang berbeda. Anda harus lebih bijak memahami ini. Berilah perhatian yang lebih pada pasangan Anda, meskipun saat itu masih dalam situasi berkonflik. Pasangan mungkin tidak langsung memberi respon positif terhadap perhatian Anda. Berikan waktu untuk pasangan atau lawan bicara Anda berpikir. Setiap individu memiliki perbedaan kebutuhan waktu untuk berpikir. Buang pikiran negatif Anda, pikiran negatif hanya akan membuat Anda pesimis melihat usaha Anda memperbaiki hubungan.

Pikiran negatif hanya akan memperkeruh suasana konflik. Yakinlah pasangan atau lawan bicara Anda saat ini mampu menerima kesalahanpahaman yang terjadi.

Permasalahan yang terjadi jadikan pelajaran agar tidak terjerumus kembali. Berlapang dada dengan saling  memaafkan dan mengerti serta tidak perlu mengungkit-ungkit permasalahan kembali.

Cerbung: Al-Faruqku Sayang, Al-Faruqku yang Malang




Ini sebuah kisah organisasi rohis di Fakultasku, FISIP.
Aku tidak pernah menyangka akan bertahan hingga akhir di organisasi yang mungkin bagi banyak ‘mantan’ anggotanya menganggap tak punya harapan. Ya, mungkin pula Tuhan sudah menggariskan takdir aku berada di Al-Faruq. Bertemu orang-orang yang kuat bertahan di Al-Faruq maupun yang lemah dan memilih keluar dengan berbagai alasan. Satu-satuya inginku dulu memasuki rohis Al-Faruq adalah keinginan belajar tajwid. Aku merasa saat menjadi mahasiswa baru, bekal ilmu agamaku masih butiran debu.

Ya gitu deh, paling Cuma mengenal kewajiban, perintah, larangan, ibadah, gitu aja. Itulah yang membuatku ingin mengenal agamaku sendiri. Memiliki banyak teman yang mengajak ke dalam manisnya ukhuwah Islamiyah serta selalu ada yang mengingatkan untuk kembali ke jalan-Nya. Hmm.. aku membayangkan indahnya perjalanan hijrah yang akan kulalui di Al-Faruq nanti.

Imajinasi tersebut lantas sirna ketika aku kedua kalinya ikut kegiatan AL-Faruq. Aku baru tau kalau AL-Faruq hanya memiliki sedikiiiitt sekali anggota dan yang seangkatan denganku hanya satu orang. Dialah Miftah. Dia satu-satunya teman seangkatanku yang mendatar di Al-Faruq. Jadi, kami hanya berdua di Al-Faruq. Tentu saja ini bukan hambatan untuk meninggalkan Al-Faruq hanya karena SDMnya sangat-sangat sedikit.

Bersambung....


Virus Muda, Virus Positif untuk Kaum Muda

Hanya ada dua jenis anak muda di dunia. Mereka yang menuntut perubahan dan mereka yang menciptakan perubahan. Silahkan pilih perjuanganmu.
_Pandji Pragiwaksono_

Sharing dikit nih, dikit banget. Kalau yang banyak kapan-kapan  aja  dah. hehe

Di  jurusan Ilmu Komunikasi, praktikum Jurnalistik 3 UMM, kami diminta  membuat portal berita online. Portal  berita online  itu contohnya detik.com, tribunnews.com, Tirto.id, tempo.co, dan  sejenisnya. 

Gampangnya, portal berita adalah website yang  khusus menyajikan  berita-berita.
Kami mengangkat tema gerakan pemuda (youth movement). Segala gerakan  positif anak muda, kami liput dan diolah  menjadi berita. 

Faktanya, jumlah berita  positif anak muda jauh  lebih sedikit  dibanding berita negatif.
Pemuda  zaman  now kerap  diberitakan pemalas  karena  terbiasa  hidup  instan. Diberitakan pula  lemah  karena  hidup dikendalikan gawai. Setiap  kesalahan yang  dilakukan  pemuda  akan  mengarah pada 'generasi  micin'. Sedikit-sedikit generasi micin.


Nah, berawal dari situlah virusmuda.com  lahir untuk memberi edukasi, inspirasi, dan motivasi bagi anak muda Indonesia. Cayyo!

Teman-teman bisa  buka  di  virusmuda.com  hehe. 😊

Melakukan Semampuku

Foto bersama Dosen Jurnalistik dan kelompok Praktikum 1 CJMD.

“Satu bulan ini penuh dengan keluh kesah.
Menjalani tugas kuliah yang tiada hentinya.
Satu usai, ada lagi yang lain begitu seterusnya.” 

O ya, perkenalkan Aku adalah seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi (Ikom) di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang. Banyak yang salah paham dengan jurusan Ikom.

Keliru dalam mengartikannya seperti kebanyakan mengira Ikom adalah jurusan Ilmu Komputer. Sehingga, tak jarang teman-teman dari fakultas lain yang baru mengenalku akan mengira aku pandai dalam hal komputer, software, dan desain.

Ya, mungkin kalau desain benar. Sayang, hanya satu semester mendapat mata kuliah desain grafis. Alhasil kemampuanku dibidang desain juga kurang. Apalagi, aku hanya punya laptop kecil berukuran notebook. Hanya bisa diinstalkan software desain portable yang apabila dipakai cukup lama tiba-tiba mati dan desain yang telah kubuat hilang tak tertinggal. :')

Sekarang, usiaku sudah dua puluh tahun. Usia yang sudah bukan waktunya berleha-leha. Usia yang seharusnya sudah memiliki banyak pengalaman dan perencanaan masa depan. Namun, aku merasa waktu tak mengizinkan aku beristirahat.

Kata orang, waktu cepat pertanda kiamat sudah dekat. #sedikit intermezzo
Pagi itu di ruangan laboratorium yang mewah beralaskan karpet dengan tempat duduk empuk seperti sofa. Dindingnya diukir menyerupai anyaman bambu, penuh dengan seni.

Dosenku menjelaskan sebuah materi mengenai macam-macam penulisan berita, cara mengambil sudut pandang, dan memberi kami tugas. Oh, dalam hati aku berkata, pasti akan ada tugas lagi.

Kuliah memang tak terasa greget tanpa tugas. Jadi, bagaimanapun banyaknya tugas aku harus menikmatinya. Aku memilih jurusan ini sehingga aku harus menanggung semua resiko termasuk tugas-tugas dan praktikum selama perkuliahan.

Sudah kuduga, sesaat kemudian dosenku menyuruh kami membentuk sebuah tim jurnalistik untuk praktikum 1 yaitu membuat majalah. Proposal majalah harus jadi minggu depan dan majalah sudah dicetak dua minggu depannya lagi. Waw.. It’s amazing #dengan nada rendah.

Aku senang, untungnya teman-temanku adalah orang-orang yang bisa diajak bekerjasama. Satu kelompok berjumlah enam orang. Dalam tim, harus ada struktur redaksi yang terdiri dari pimpinan redaksi, redaktur pelaksana, wartawan, fotografer, dan layouter. Semua berperan sebagai wartawan dan beberapa yang ahli membidik objek berperan sebagai fotografer.

Aku tak mengira, semua anggota di tim memberiku kepercayaan sebagai pimpinan redaksi. Sehingga, aku merasa 'aku punya tanggungjawab besar di tim ini'. Ditambah aku tidak ingin membuat kepercayaan mereka hilang. Sehingga, mulai hari pemilihan struktur redaksi, aku bertekad melakukan yang terbaik.

Dalam waktu tiga hari, proposal kami jadi. Waktu itu hari Rabu, kami mempresentasikan proposal majalah tim CJ-MD. Sebuah penamaan kelompok yang sarat akan makna CJ-MD (Calon Jurnalis Masa Depan). Oh yeah, kedengarannya lucu but it’s okay for dreamer.

Proposal di ACC setelah hari itu kami mulai menyusun strategi peliputan, penulisan, dan pengeditan berita. Waktu yang tersisa dua minggu lebih empat hari. Bayangkan dalam waktu sesingkat itu kami harus mendapatkan sebuah berita untuk ditaruh di majalah kami.
Ah, ini sangat seru!

Lagi-lagi aku selalu memotivasi diriku untuk tidak banyak mengeluh. Meskipun minggu-minggu itu tugas di mata kuliah lain juga bejibun. Dalam waktu seminggu akhirnya terkumpul tujuh berita. Lega.

Kukira dapat beristirahat lebih awal malam ini. Ternyata sms masuk dari organisasi kampus yang kuikuti. Pesan yang mengingatkan aku bahwa ada diklat esok hari. Malam itu semakin membuatku sesak karena tak hanya satu organisasi yang kuikuti melakukan kegiatan dalam waktu dekat, tetapi ada tiga organisasi. Boom!

Bom waktu meledak! Aku terbangun dengan mata panda dan majalah-majalah berserakan di kamar. Malam tadi aku menghabiskan waktu mempelajari bahasa-bahasa di majalah dan jenis tulisan di dalamnya.

Untung hari itu aku kuliah agak siang setidaknya aku bisa menenangkan pikiran yang sudah mumet dengan berbagai macam tugas kuliah dan organisasi. Rasanya ingin memundurkan diri dari organisasi-organisasi itu. Tapi berat juga bagiku karena ketiganya mempunyai keistimewaan masing-masing.

Organisasi-organisasi itu adalah rohis yang apabila aku keluar, aku tak tau apakah kaki ini akan melangkah ke jalan yang benar atau kembali ke salah. Organisasi yang kurasa mempunyai tantangan di bidang dakwah.

Bukan sekedar penyampaian ayat Al-Qur’an tetapi juga keberkahan bagi yang menyampaikannya dan jawaban ketika di alam barzah. Organisasi kedua adalah organisasi kepenulisan yang aku sukai karena menulis adalah kegemaranku sejak kecil meski kadang menulis juga membuatku stres sendiri.

Terakhir, adalah organisasi ekstra yang begerak di bidang sosial. Organisasi yang kental dengan sifat kekeluargaan dan humorisnya. Pada akhirnya aku tak bisa melepaskan ketiga organisasi itu. Ketiga organisasi itu berarti untukku.

Aku hanya bisa melakukan semampuku dan berharap semoga ini adalah sibuk yang bermanfaat.



Ditulis: 22 Nopember 2016

Paman Jangan Racuni Aku dan Anakmu Kelak

Sumber foto: id.pinterest.com

Liburan panjang kali ini aku tak pulang ke kampung halaman, Lombok. Pikirku uang untuk pesan travel dan tiket pesawat bisa ditabung untuk keperluan kuliah.

Bulan juli depan aku juga harus mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata) reguler yang diwajibkan kampus bagi mahasiswanya. Jadilah, rumah nenekku yang di Jawa menjadi tujuan mudikku.

Di dalam kereta aku merebahkan punggungku serta kepala ke kursi kereta. Kupalingkan wajahku ke kanan, berharap ada pemandangan yang bisa menemani kesuntukan malam ini. Tapi dari jendela kereta hanya terlihat cahaya-cahaya kecil pantulan lampu-lampu rumah warga.

Tut tut... tut tut...

“Penumpang sekalian, lima menit lagi kita akan sampai di stasiun Kalisetail. Harap bersiap-siap dan pastikan barang bawaan Anda tidak tertinggal. Terima kasih telah mempercayai PT Kereta Api Indonesia,” suara seorang wanita dari loudspeaker kereta. 

Akhirnya sampai juga.
Di stasiun kutoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari pamanku. Oh, itu dia sedang tersenyum padaku. Sudah satu tahun tak bertemu, pipinya terlihat semakin cekung. Ku salami lalu tanpa berlama-lama kami pun menuju rumah nenek.

Di atas motor, aku tanyakan soal calon istri paman. Ya, pamanku ini belum menikah padahal usianya sudah sangat matang.

“Alhamdulillah...akhirnya,” ucapku sambil diselingi tawa mendengar paman akhirnya sudah punya calon.

Bulan September mendatang ia akan menikah dengan seorang perempuan bernama Nuri. Nuri seorang perempuan yang pendiam, tapi dia cukup pandai bergaul dengan orang baru. Contohnya aku.

Sewaktu sedang menggoreng si tempe dan tahu di dapur, Nuri tiba-tiba mengagetkanku. Sutil dalam peganganku pun terjatuh. Itulah kali pertama aku mengenal calon istri pamanku.
Aku meminta pamanku mengajak Nuri ke ruang tamu daripada harus menungguku di dapur, karena aku malah jadi grogi. Haha

Selesai menggoreng si tempe dan tahu, aku menyusul ke ruang tamu untuk mengobrol bersama Nuri. Sedangkan pamanku sibuk memercikkan koreknya ke arah sigaret yang diapit mulutnya.

Ketika melihatnya, aku langsung mendumel panjang kali lebar. Aku tak suka bila pamanku merokok. Dulu ia batuk-batuk karena rokok, sekarang pipinya semakin cekung ya karena rokok, dan parahnya aku tak bisa berlama-lama di dekat orang merokok. 

Rokok seperti racun, tapi lebih berbahaya ketimbang racun biasa. Korban rokok tak hanya orang yang merokok itu sendiri, tetapi orang lain entah itu teman, kerabat, bahkan orang-orang yang tersayang pun bisa menjadi korbannya.  

Rasanya sesak ketika mencium asapnya. Sehingga, bila ada yang merokok aku akan menjauh darinya atau menutup hidungku dengan tangan dihadapan perokok.

“Iya.. ini kan sudah ngurangi. Satu hari cuman dua rokok lho,” ungkap pamanku.
“Hehe, iya tuh Nis marahin,” celetuk Nuri.

Aku bilang pada pamanku bahwa dia harus berhenti merokok ketika sudah berkeluarga nanti. Untung Nuri juga sepakat denganku. Dia ingin pamanku berhenti merokok ketika telah menikah dengannya.

Sudah banyak korban rokok dari kalangan anak-anak. Aku takut rokok yang menjadi cemilannya tiap hari bisa meracuni anaknya kelak. Paman, kumohon berhentilah merokok.  

Malam ini kami habiskan dengan ngobrol-ngobrol yang menurutku krik krik banget haha. Tapi tak apalah yang penting aku sudah mengajaknya bicara. Setidaknya melalui obrolan singkat itu, aku sedikit tau karakter calon istri pamanku.  
  


Tulisan ini dibuat tanggal 30-06-2017 baru dipublikasikan sekarang >.< hehe.
Pamanku sudah menikah bulan September lalu, semoga dia membaca ini dan berhenti merokok. :)

Pengalaman Membuat Paspor Online


Doc. Pribadi


Saya ingin tahu dunia luar lebih banyak daripada tempat tinggal atau negeri saya sendiri. Everyone have to learn different culture to understand each other. So, I glad to learn new thing about cultures. 

Nulis Puisi Suka-Suka

Berhubung TIGA puisi di bawah ini buatnya mendadak, buru-buru, biar bisa masuk di koran kampus pertengahan bulan Agustus 2016 kemarin, tapi akhirnya nggak masuk -_-‘ haha yaudah masuk ke blog sama majalah praktikum ajalah. #utuk utuk utuk :D 


Mahasiswa Baru
Terlampau bahagia si anak pribumi
Hari pertama masuk perguruan tinggi
Satu tekad terpatri
Menggores mimpi mencetak prestasi

Biar cahaya lindap tak peduli
Sebab mentari telah menghangat di hati
Duhai nanda bangunlah pondasi
Kokohkan iman, kuatkan diri
Banyak godaan membius hati

Dekatkan diri pada ilahi
Agar hati sejuk terpayungi
Carilah sahabat suka menasehati
Barangkali salah kau diingatkan kembali

Wahai ananda ini puisi untuk direnungi
Pandai berkonsentrasi tapi tidak percaya diri
Apalah arti berbisik dengan mulut terkunci
Tinggi jenjang, banyak tantangan menghantui
Tempik ragu rintangan dihadapi
Habis baca segera beraksi

Asap Mematikan
Sigaret jadi buah bibir dimana-mana
Katanya ini ulah penguasa
Meninggikan harga berlipat ganda
Kubu pendukung angkat bicara
Tak mengapa demi sehat jiwa raga balasnya

Gupuh aku berlari mengejar ayah
Mengadu padanya apa yang kudengar
Ayah membungkam menapak jalan
Meski bising aku bertanya
Ayah tak memberi jawaban

Kuterawang pikirannya
Menaruh curiga pada lintingan putih dijepit mulutnya
Kumainkan jariku memberi isyarat bahasa bisu
Mata merah, pipi cekung, bibir biru
Ah dia terbatuk lagi sudah kuduga
Terbirit-birit mendobrak pagar
Masuk rumah mencari pilnya

Mendadak gemuruh langit
Kilat sepenggal lalu naga petir menyembur
Langit merendah bak menyirat pesan
Dituntunnya aku melipir ruang
Merangsek masuk lalu..
terhenyak, terbelalak, menjerit bisu
Menyaksikan tubuh tersungkur kaku

Dia Ayahku
Candu pada sigaret
Meski kuceramahi berulang kali
Tak peduli dan dihisapnya lagi
Lintingan putih isi tembakau jadi misteri
Kini ditinggalnya aku sendiri
Mengarungi hari menelan sepi



Dirundung Memoar Siang
Malam, biarkan tubuhku menghangat meski angin berhembus
Malam, biarkan aku memejam mata dalam gelap
Malam, biarkan aku terlelap menghindari kecewaku pada siang
Bila pagi menggantikanmu,
biarlah mimpi baru membangkitkanku.
Bila pagi menggantikanmu,
katakan padanya aku telah berdamai pada siang.
Meski jauh di belakang waktu,
Aku masih menyimpan pilu.



By: Anisa Purwa Ningrum
Mahasiswa UMM jurusan Ilmu Komunikasi 2014 yang Punya Target Keluar Negeri Tahun 2017 :v #Et dah tinggal 2 bulan lagi. :D

*Boleh dicopy tapi sertakan juga nama saya ya! No plagiarism T_T buatnya juga nguras pikiran dan tenaga. #Hak Cipta Nih.. :')